(Dr. H. Bambang Supriyadi, M.Pd.)
Al Quran adalah kitab yang dijadikan argumen bagi setiap muslim untuk melaksanakan dan tidak melaksanakan suatu ajaran. Al Quran menjadi referensi utama bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan di dunia. Bagi umat Islam larangan memakan daging babi adalah bagian dari perintah Tuhan dan harus ditaati. Jadi bagi seorang muslim, tidak memakan daging bagi adalah sebuah bentuk ibadah karena bagian dari taat pada Tuhan
Setiap muslim tidak bisa membantah sebuah larangan yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dengan argumen-argumen ilmiah apapun. Kecuali, seorang muslim berusaha memahami secara ilmiah mengapa makan daging babi dilarang bagi muslim? Penelitian-penelitian ilmiah berusaha mencari, menganalisis, dan menginterpretasi mengapa makan daging bagi dilarang
Bagi seorang muslim kebenaran tidak terbatas pada kebenaran empiris, tetapi harus selaras dengan kebenaran yang ada dalam kitab suci Al Quran. Jadi bagi seorang muslim, Al Quran menjadi referensi utama untuk menganalisis sebuah kejadian atau fenomena yang terjadi. Bagi seorang muslim Al Quran menjadi gagasan utama dalam mengembangkan berbagai macam pemikiran dan kajian ilmiah
Sebagaimana Al Quran menjelaskan bagi seorang muslim penggunaan akal dalam menganalisis isi Al Quran dikatikan dengan fenomena kehidupan, atau menganalisis fenomena kehidupan dengan Al Quran menjadi kecerdasan akal yang harus terus diuji. Berdasarkan penjelasan Al Quran, dapat dipastikan tidak ada seorang muslim yang tidak cerdas dalam berpikir, karena Allah telah banyak menginformasikan perintah berpikir kepada orang-orang berakal
Berdasarkan informasi dari Al Quran, manusia bisa belajar hal hal positif dari binatang. Salah satu contoh adalah ketika terjadi kasus pembunuhan Habil oleh Kabil. Kabil belajar dari burung bagaimana menguburkan mayat. Gagasan manusia belajar dari burung dalam Al Quran menjadi sebuah renungan untuk mengembangkan riset agar manusia belajar dari prilaku-prilaku hewan
Jika kita perhatikan, prilaku-prilaku hewan seluruh potensinya ada pada diri manusia. Hewan-hewan yang diciptakan Allah menjadi sumber pengajaran untuk mengingatkan bahwa manusia punya potensi-potensi berprilaku sebagaimana hewan berprilaku. Namun demikian, akal yang dimiliki manusia menjadi alat untuk memfilter, menganalisis, prilaku-prilaku hewan mana yang membawa kebaikan, kesejahteraan untuk manusia, dan prilaku-prilaku mana yang bisa membawa kehancuran bagi manusia
Ilmu tentang prilaku hewan dikenal dengan etologi (Amrullah, 2021). Etologi merupakan ilmu kajian terhadap prilaku-prilaku hewan yang bisa ditiru oleh manusia agar bisa hidup lebih sejahtera. Berdasarkan hasil penelitian Hilman Abadi (2022) prilaku dominan yang dilakukan babi adalah istirahat 81%, makan 98%, bergerak 98% dan sosial 2,04%. Penelitian Hutabarat (2018) menemukan juga prilaku paling dominan babi adalah 67% istirahat
Menurut Siti Mualim Wahyuni (2022) menjelaskan babi termasuk hewan bertaring. Hasil penelitian medis hewan bertaring memiliki penyakit yang menular. Makanan yang dikonsumsi memiliki pengaruh pada akal dan prilaku seseorang dan menjadi sarana pembentukkan kepribadian seseorang. Salah satu tabiat babi adalah berkubang pada kotorannya sendiri. Tabiat babi juga tidak memperdulikan lawan jenis. Dia dapat melakukan kawin dengan sesama jenis jika memang lawan jenis tidak ada di sekitar mereka
Hasil riset (Septian Hidayat, 2021) terhadap karya seni lukis, binatang babi dikaitkan oleh pelukis sebagai simbol kritikan terhadap prilaku-prilaku buruk. Dalam karya lukisan babi disimbolkan sebagai prilaku malas, tidak punya rasa menyesal, berbagi pasanagan dalam hubungan seks, ketidakadilan pemimpin, dan kerakusan
Sebagai perbandingan berdasar penelitian Putranto dkk. (2019) pada ayam ditemukan prilaku pacaran dan aktivitas seks pada jenis ayam Burgo bahwa ayam usia muda aktivitas pacarannya lebih tinggi, sedangkan aktivitas seks lebih tinggi pada ayam usia tua. Prilaku ayam tidak mau berbagi pasangan. Ayam jantan akan mempertahankan pasangan betinanya dari ayam jantan lain (Septian Hidayat, 2021).
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, prilaku babi memiliki prilaku sama seperti yang digambarkan oleh pelukis, babi disimbolkan sebagai representasi prilaku buruk manusia sesuai dengan prilaku babi itu sendiri. Berdasarkan riset ini, kita bisa menemukan argumen ilmiah dan fenomenanya bisa kita saksikan sekarang.
Prilaku seks menyimpang sesama jenis, telah menjadi fenomena di negara-negara yang tidak punya nilai-nilai ajaran agama dalam hal makanan. Sekalipun prilaku-prilaku menyimpang kadang terjadi pada masyarakat beragama, namun prilaku menyimpang tidak pernah diakui sebagai prilaku yang harus diakui keberadaan. Pada masyarakat beragama, prilaku seks menyimpang adalah prilaku yang harus dihindari karena melanggar norma-norma agama. Mereka harus dibantu diedukasi untuk menjalani prilaku seks yang normal sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama
Apa yang manusia makan tentu saja berpengaruh pada akal dan psikologi manusia. Atas dasar itulah Al Quran sebagai sumber ajaran bagi umat manusia khususnya umat Islam, untuk memperhatikan apa yang mereka makan. “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (‘Abasa, 80:24). Pada akhir surat ‘Abasa, Allah mengisyaratkan ada orang-orang yang mukanya berseri-seri, tertawa, gembira ria dan ada juga yang bermuka tertutup debu dan gelap. Bisa jadi inilah efek dari apa yang mereka makan?