(Dr. Bambang Supriyadi, M. Pd)
Seorang sahabat yang wakasek kurikulum berkabar bahwa di sekolahnya sudah ada kepala sekolah definitif yang baru diangkat dan berasal dari guru penggerak. Sabahat tersebut mengkhawatirkan kepala sekolah dari guru penggerak tersebut tidak punya pengalaman manajerial serta seluk beluk menangani dinamika sekolah. Namun saya berusaha membesarkan hatinya agar berpikiran positif saja, siapa tahu akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Itulah sekelumit kabar yang diterima dan hal itu mengkonfirmasi bahwa Permendikbud Nomor 40 Tahun 2021 yang mengatur pengangkatan kepala sekolah dari guru penggerak mulai diimplementasikan oleh Pemerintah Kab/Kota maupun Provinsi, dan ini merupakan era baru makanisme pengangkatan kepala sekolah. Pola berjenjang rekrutmen kepala sekolah yang diangkat harus pernah menjadi wakasek maupun memahami manajemen sekolah dalam peraturan sebelumnya digantikan oleh mekanisme dari guru penggerak.
Mengapa ada yang menyangsikan kepala sekolah yang berasal dari guru penggerak padahal mereka itu sudah dilatih selama sembilan bulan untuk angkatan pertama dan enam bulan untuk angkatan selanjutnya. Kesangsian beberapa kalangan itu terjadi karena rekrutmen guru penggerak dilakukan secara terbuka bagi siapapun guru dengan status bisa ASN dan Non ASN, yang penting mempunyai pengalaman mengajar lima tahun dan usia tidak lebih dari 50 tahun serta lolos mengikuti seleksi, mengikuti pelatihan dengan durasi waktu yang panjang dengan materi pelatihan guru penggerak terkait pada kepemimpinan pembelajaran, perencanaan berbasis ases, dan teknik pengambilan keputusan bisa menjadi modal sebagai kepala sekolah.
Kepala sekolah berperan penting dalam menentukan arah dan kualitas pembelajaran di sebuah sekolah. Ketika sebuah sekolah menghadapi perubahan kepemimpinan dan mendapatkan kepala sekolah baru, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Kepala sekolah baru yang diangkat dari guru penggerak bisa dipastikan akan menghadapi tantangan dalam membangun pembelajaran berkualitas bagi siswa.
Oleh karena Kepala sekolah baru memiliki peran yang krusial dalam memajukan PBM di sekolah, mereka bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan memberdayakan seluruh komunitas sekolah, termasuk guru, staf, siswa, dan orang tua. Dengan kepemimpinan yang efektif, seorang kepala sekolah dapat membantu meningkatkan kualitas PBM, menciptakan iklim sekolah yang positif, dan memastikan kesuksesan akademik siswa. Maka akan dipastikan menghadapi beberapa tantangan.
Adapun tantangan yang mungkin dihadapi kepala sekolah dari guru penggerak antara lain:
Adaptasi dengan Kultur Sekolah: Salah satu tantangan utama yang dihadapi kepala sekolah adalah adaptasi dengan kultur sekolah yang sudah ada. Setiap sekolah memiliki dinamika, tradisi, dan norma-norma tertentu yang terbentuk dari kepala sekolah sebelumnya. Kepala sekolah baru perlu memahami dan menghormati kultur ini sambil membawa perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Apalagi kepala sekolah baru yang berasal dari guru murni yang belum banyak terlibat dalam pengelolaan manajemen sekolah.
Membangun Hubungan dengan Guru dan Staf: Kepala sekolah baru perlu membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan guru dan staf sekolah. Keterbukaan untuk mendengarkan masukan dan ide dari mereka adalah kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan meningkatkan kolaborasi di antara semua anggota sekolah. Ini penting dilakukan mengingat guru, staf merupakan mitra dalam pengembangan sekolah, kepala sekolah sebagai lokomotif harus mampu menyatukan hati dan pikirannya dengan guru dan staf di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Menetapkan Visi dan Misi: Seorang kepala sekolah baru harus memiliki visi yang jelas tentang masa depan sekolah dan misi untuk mencapainya. Menetapkan tujuan yang inspiratif dan berorientasi pada hasil dapat memotivasi seluruh komunitas sekolah untuk bekerja keras mencapainya. Visi dan misi kepala sekolah merupakan kompas dalam mengarungi bahtera sekolah, guru, staf, siswa dan orang tua akan mengikuti visi dan misi kepala sekolah yang mampu mengkomunikasikan dan sinkronisasi antara hak dan kewajiban sebagai seorang kepala sekolah.
Menghadapi perubahan kurikulum: Perubahan kurikulum adalah hal yang biasa dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah baru harus siap untuk menghadapi dan mengelola perubahan dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka dan harus memastikan bahwa guru dan staf memahami perubahan tersebut dan siap untuk mengimplementasikannya. Sebagai seorang dirigen dalam pengelolaan kurikulum disekolah, kepala sekolah hendaknya memberi arahan bagaimana kurikulum bisa dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan bukan sebaliknya hanya menambah beban administrasi guru saja.
Mengatasi tantangan pembiayaan: Terkadang, kepala sekolah baru dihadapkan pada tantangan pembiyaan. Mungkin saja anggaran sekolah terbatas atau dana yang dialokasikan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pemebelajaran yang berkualitas. Kepala sekolah perlu kreatif dalam mencari sumber dana tambahan dan mengelola anggaran dengan bijaksana. Dalam hal ini kepala sekolah hendaknya berkolaborasi dengan komite sekolah dalam upaya pemenuhan pembiayaan.
Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar: Kualitas proses belajar mengajar adalah faktor penting dalam keberhasilan PBM. Kepala sekolah baru harus bekerja sama dengan guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar mereka, memperkenalkan metode-metode pengajaran inovatif, dan mendorong pengembangan profesional secara berkelanjutan, bagaimana mengajar guru untuk melayani kebutuhan siswa.
Menghadapi Tuntutan Orang Tua dan Masyarakat: Orang tua dan masyarakat memiliki peran aktif dalam pendidikan. Kepala sekolah baru harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang tua, mendengarkan masukan mereka, dan menjelaskan kebijakan sekolah serta tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Mengatasi fenomena pergaulan siswa: Permasalahan disiplin dan kenakalan remaja adalah hal yang biasa di sekolah. Kepala sekolah baru harus mampu menegakkan disiplin yang konsisten, membangun sistem penghargaan dan sanksi yang adil, serta berusaha memahami dan mengatasi akar permasalahan kenakalan remaja.
Meningkatkan Partisipasi Siswa: Kepala sekolah baru perlu mendorong partisipasi aktif siswa dalam kegiatan sekolah dan organisasi, karena keterlibatan siswa dapat meningkatkan semangat belajar dan iklim akademik secara keseluruhan.
Membangun Jaringan Kerjasama: Kepala sekolah baru harus aktif dalam membangun jaringan kerjasama dengan sekolah-sekolah lain, lembaga pendidikan, dan pihak-pihak terkait lainnya. Kerjasama ini dapat membuka peluang untuk berbagi pengalaman, sumber daya, dan ide-ide inovatif dalam bidang pendidikan.
Tangtangan yang diurai tersebut merupakan sebagian dari tantangan yang bisa muncul disekolah tergantung dinamika yang terjadi saat kepala sekolah mulai bertugas. Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, seorang kepala sekolah baru harus memiliki kualitas kepemimpinan yang kuat, komitmen yang tinggi terhadap peningkata PBM , dan keterbukaan untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari seluruh komunitas sekolah, seorang kepala sekolah baru dapat membangun pembelajaran berkualitas yang berdampak positif pada masa depan siswa dan masyarakat.
Mengingat Tantangan kepala sekolah dari guru penggerak tersebut akan dirasakan sebagai suatu hal yang harus disikapi,karena sangat berdeda dengan kepala sekolah yang diangkat dengan peraturan sebelumnya, mereka setelah lulus seleksi dan selama pelatihan calon kepala sekolah diwajibkan untuk melakukan magang disuatu sekolah yang berbeda dengan kegiatan untuk memahami manajamen sekolah serta memparaktekan kegiatan supervisi akademik, sehingga atmosfir sekolah sudah mulai bisa diindefikasi.
Selanjutnya seorang kepala sekolah baru, dipastikan mempunyai visi misi untuk memajukan sekolah maka dalam menghadapi tantangan untuk membangun sekolah agar berjalan lancar,hendaknya perlu ada dukungan dari berbagai komponen , maka dari itu kepala sekolah baru perlu mendapat dukungan dari hal berikut diantaranya:
Dukungan dari Guru dan Staf: ini penting sebab ketika kepala sekolah baru mendapatkan dukungan penuh dari guru dan staf sekolah, perubahan yang diusulkan akan lebih mudah diimplementasikan. Kolaborasi yang baik dengan anggota tim pendidikan ini akan memperkuat kebijakan dan program sekolah yang telah ditetapkan.
Komunikasi yang Efektif: perlu kepala sekolah baru memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Komunikasi efektif membantu membangun hubungan yang positif dengan semua pihak terkait, termasuk guru, staf, siswa, orang tua, dan masyarakat. Transparansi dalam menyampaikan informasi dan kebijakan akan memperoleh dukungan yang lebih besar.
Komitmen terhadap Peningkatan Kualitas PBM: jika ini dilakukan guru-guru termotivasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran akan mendukung inisiatif kepala sekolah baru. Dukungan untuk pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan akan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Kolaborasi dengan Orang Tua dan Masyarakat: Dukungan dan partisipasi aktif orang tua serta masyarakat dalam kegiatan sekolah akan membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan membantu mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi.
Akses terhadap Sumber Daya: Ketersediaan sumber daya yang memadai, seperti buku, perangkat teknologi, laboratorium, dan fasilitas olahraga, akan membantu memperkuat pengalaman belajar siswa dan meningkatkan efektivitas pengajaran.
Sinergi dengan pengawas pembina: peran pengawas sangat penting untuk melakukan pendampingan dalam mengelola sekolah, kepala sekolah baru jangan segan untuk menimba ilmu yang bersifat praktis dari pengawas sekolah mulai dari pengembangan kurikulum sekolah, implemenatsi SNP, akreditasi sekolah, raport pendidikan, pengelolaan keuangan dan pengembangan diri siswa serta pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) untuk guru dan tenaga kepedidikan. Sinergi dengan pengawas Pembina akan meringankan Kepala sekolah dalam menghadapi tuntutan administratif yang besar, seperti pelaporan, pengelolaan data, dan pemenuhan persyaratan dari pihak berwenang. Jumlah pekerjaan administratif ini dapat mengalihkan fokus dari upaya membangun sekolah berkualitas serta kebijakan pendidikan dari tingkat pemerintah atau lembaga di atasnya tidak selaras dengan visi kepala sekolah baru. Perbedaan kebijakan ini dapat menyulitkan implementasi program-program pendidikan yang diinginkan.
Seorang kepala sekolah baru harus memiliki keterampilan kepemimpinan yang adaptif dan kreatif. Kemampuan untuk mengelola perubahan, berkomunikasi dengan baik, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak akan membantu mengatasi hambatan dan memaksimalkan potensi pendukung dalam upaya membangun sekolah yang jadi tanggung jawabnya berkualitas.
Pola pengangkatan kepala sekolah memasuki era baru kita songsong kebijakan tersebut dengan sikap positif, walau harus diingat sekolah yang bermutu akan terjadi jika mempunyai SDM bermutu, manajemen yang efektif dan profesional, tidak ada sekolah yang bagus dipimpin oleh kepaka sekolah yang buruk dan sekolah yang buruk dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk. Naik turunnya kualitas sekolah tergantung kepemimpinan kepala sekolahnya.
Semoga dengan kepala sekolah yang berasal dari guru penggerak mampu bergerak dan menggerakkan komponen sekolah baik internal maupun eksternal….Semoga.